Oleh. Dr. Lathifatul Izzah, M.Ag

Suatu obrolan singkat dalam program Live Talk yang diinisiasi oleh program studi S1 Pendidikan Agama Islam. Dalam program tersebut dipandu oleh mahasiswa S1 PAI Universitas Alma Ata, Laila Nur Aini. Program tersebut dilaksanakan pada Jum’at, 05 November 2025 dengan narasumber Dr. Lathifatul Izzah, S.Th.I, M.Ag salah satu dosen Universitas Alma Ata.

Media sosial merupakan platform digital berbasis internet yang memungkinkan pengguna untuk membuat, berbagi, dan berinteraksi dengan konten seperti teks, foto, dan video secara interaktif. Dalam obrolan tersebut narasumber menjelaskan, umumnya pengguna dalam berinteraksi di media sosial menunjukkan “wajah terbaik atau tercantiknya”. Media sosial juga merupakan ruang utama untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang sosial, budaya, agama, etnis, dan negara.

Penduduk bumi dengan jumlah sekitar 8,3 miliar jiwa juga memiliki latar belakang, status sosial, ras, suku, etnis, budaya, bahasa, warna kulit, dan bangsa yang beragam. Penduduk yang besar dan berragam tersebut mayoritas memakai media sosial, sekitar 5,4 miliar orang atau sekitar 65,7 % sampai 70 % dari penduduk bumi. Berdasarkan data 2025, pengguna Tiktok berjumlah 1,99 miliar atau setara 25 % penduduk dunia. Keseluruhannya didominasi oleh generasi milenial dan usia dewasa, usia sekitar 18-34 tahun atau 70 % pengguna. Sedang pengguna Instagram berjumlah sekitar 1,91 milyar, rata-rata juga didominasi oleh remaja usia 18-34 tahun, sekitar 60 % pengguna. Kemudian facebook dan X (Twitter) banyak didominasi oleh pengguna usia 25-34 tahun. Penduduk Indonesia sendiri lebih banyak menggunakan platform WhatsApp, sekitar 90,8 %. Dengan jumlah yang fantastis tersebut, penting bersikap bijak dalam bermedia sosial.

Kemudian Laila selaku host menanyakan apa yang dimaksud bijak bermedia sosial? Dalam menggunakan media sosial hendaknya menggunakan akal budi, nalar, akal sehat, bukan mengedepankan emosi atau perasaan, sehingga tidak sedikit-sedikit baper (terbawa perasaan) atau kena mental, jawab narasumber. Hal tersebut tentang bagaimana menggunakan platform digital secara bertanggung jawab, beretika, dan selektif, bukan sekadar mengunggah atau berkomentar, melainkan berpikir sebelum bertindak untuk menciptakan lingkungan positif. Selain itu dalam menyebarkan informasi hendaknya informasi yang akurat, bukan informasi hoaks, atau informasi yang memunculkan kebencian atau konflik.

Hal yang paling penting dalam bermedia sosial: menjaga atau melindungi privasi, menjadikan media sosial sebagai sarana edukasi, inspirasi, dan koneksi yang bermanfaat, dengan memfilter konten yang masuk dan yang keluar, bukan hanya sebagai media hiburan semata. Seseorang yang bijak bermedia sosial merupakan cermin keberhasilan seseorang menanamkan nilai multikultural. Nilai-nilai yang menunjukkan keyakinan akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah SWT, menumbuhkan sikap ingin mengenal dan memahami, toleran, menghormati, menghargai, kasih sayang, empati, jujur, adil, dan perdamaian.

Lebih lanjut Laila menanyakan apa saja langkah-langkah yang bisa dilakukan generasi muda, agar bisa bijak bermedia sosial? Narasumber menjawab langkah yang bisa dilakukan sebagai berikut: (1) menghargai hak cipta orang lain, (2) menghindari akun-akun atau konten-konten profokatif, (3) hati-hati saat berinteraksi dan berdebat di media sosial, (4) menjunjung tinggi akhlak atau etika berkomunikasi, (5) menghargai pendapat orang lain, (6) melindungi data pribadi, (7) menghindari menyebarkan berita negative, (8) saring sebelum shearing, (9) manajmen waktu, membatasi waktu online saat istirahat, bekerja atau belajar, bersama keluarga, dan pada saat tidur, terutama 1 jam sebelum tidur, (10) menetapkan waktu untuk hal-hal yang menyenangkan (hobi) dalam rangka detoks media sosial, (11) menjaga kesehatan mental, terutama dari depresi, fomo, dan kecemasan. Hal tersebut dapat dijalankan dengan melakukan aktivitas atau hobi ketika media sosial dirasa tidak menyenangkan.

Akhirnya Laila meminta kepada narasumber untuk memberi pesan sebagai penutup obrolan. Narasumber menutupnya dengan sebuah pantun: Bolak balik dari Universitas Alma Ata ke Universitas Alma Ata//Mengkaji ilmu Pendidikan Agama Islam berlama-lama//
Semoga Perbincangan singkat ini membawa manfaat//Penuh berkah dan rahmat bagi sesama, aamiin (LI).ngkat ini membawa manfaat//Penuh berkah dan rahmat bagi sesama, aamiin (LI).